Sebuah lukisan karya Hadi Soesanto, pria asal Jember yang lahir pada tanggal 25 Mei 1968 ini berjudul ACCESSORY.
Lukisan yang beroleskan dengan acrylic sebagai pewarnanya ini lebih ditujukan pada etika dan budi pekerti. Menurut pria berumur 41 tahun ini, sejak dimulainya era reformasi, masyarakat berharap bahwa norma-norma yang digali oleh para pendahulunya dapat di-terapkan kembali. Tapi kenyataan-nya, etika dan budi pekerti itu di-tempatkan lebih rendah dari harga diri. Simbol-simbol kenegaraan yang telah diciptakan dengan susah payah, kini hanya sebagai hiasan belaka.
Di sini Hadi Soesanto juga menyindir para kaum rai gedheg melalui lukisannya ini.
Tampak seorang perempu-an sexy. Berbalut dengan busana atas yang sangat minim, begitu pula dengan celana jeans yang di-kenakannya, membuat publik men-duga bahwa ia adalah seorang artis yang bisa tampil di depan publik. Perlu diperhatikan pula pada bagian saku celana jeansnya yang kelewat pendek. Disana terselip simbol Pancasila. Jelas dengan demikian ia ingin mencampurkan politik dengan kesexy-annya.
Segera terasa pula jangan-jangan lukisan ini merupakan sindiran bagi para artis yang belum lama ini banyak terjun ke dunia politik. Banyak orang mem-pertanyakan kemampuan mereka di dunia politik. Tak sedikit pula publik yang meragukan ketrampilan mereka di dunia politik. Jangan-jangan mereka hanya menjual kecantikannya untuk berpolitik. Ibaratnya, asal sudah mengantongi lambang Pancasila di saku celananya yang sexy, ia sudah layak untuk berpolitik. Jika benar demikian, berarti politik kita benar-benar tragis.
Tak dipungkiri pula bahwa masyarakat pun akan sulit untuk menerima orang-orang yang seperti itu. Bagaimana mungkin seorang yang berpakaian seperti itu akan diterima dengan mudahnya di kalangan masyarakat? Di kalangan masyarakat yang masih sangat menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan agama. Rasanya akan sangat sulit, meski tak sedikit pula yang mau menerima mereka.
No comments:
Post a Comment